DUKA BANJIR di Ibukota Banjarbaru
DUKA BANJIR di Ibukota Banjarbaru
Tak perlu larut dalam duka yang menghanyutkan, karena banjir telah memberi pelajaran yang sangat berharga dalam hidup semua warga kota Banjarbaru. Sebuah icon kota yang jauh dari asumsi tenggelam dalam banjir - ternyata perkembangan tata lingkungan dengan perumahan, pertokoan, perkantoran serta sarana jalan dan jembatan telah membuyarkan harapan dari bebas banjir. Bagaimana mungkin hal tersebut dapat menimpa ibukota Banjarbaru. Dari karakter banjir yang melanda sebagian besar lingkungan perumahan, perkantoran, dan pertokoan di Kota Banjarbaru pada Kamis (9/1) selama lima jam sejak pukul dini hari hingga pukul 10,00 wita diidentiifikasi karena kemampuan drainase berupa kapasitas sistem dalam menampung curah hujan yang akan mengalir ke sungai serta peresana pada tanah masih belum maksimal - hal ini terlihat dari gravitasi aliran banjir yang deras cepat meninggi menuju alur sungai. Selain itu, tata letak sistem drainase yang kurang memikirkan tata letak strategis dari sarana dan prasaran pendukung seperti jalan dan jembatan sehingga justru menjadi penghambat alur perjalanan air secara langsung karena telah memutus jalur terpendek yang seharusnya dipertahankan.
Berita banjir di ibukota Banjarbaru mengagetkan semua orang. Sejak pukul 02.00 Wita seluruh permukaan bumi Banjarbaru diguyur hujan deras hingga pada pukul 06.00 Wita daya tampung Sungai Kemuning tak dapat dipertahankan dan meluap sebagain besar pemukiman di sekitarnya dengan puncak tertinggi 1 sampai 1,5 meter. Penduduk di sekitar Sungai Kemuning menyatakan bahwa kejadian banjir ini merupakan tragedi terparah selama 20 tahun terakhir. Memang jika hujan cukup lama dalam beberapa tahun ini Sungai Kemuning sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kebanjiran dan terus meluap - hingga puncaknya terjadi Kamis ini, ucap penduduk yang merapikan sampah berserakan di halaman rumah.
Tragedi banjir di ibukota Banjarbaru merupakan sebuah pertanda awal agar upaya pencapaian suatu kondisi lingkungan yang aman, nyaman dan bebas dari bahaya banjir pada suatu kawasan perumahan penduduk diperlukan suatu perencanaan yang mantap dan terpadu. Permasalahan banjir timbul oleh karena curah hujan yang tinggi sementara dimensi saluran drainase yang sudah ada tidak dapat menampung debit banjir maksimum. Sebagaimana diketahui bahwa curah hujan saat terjadinya banjir di Kalimantan Selatan umumnya memiliki intensitas yang tinggi antara 100 sampai 200 mm. Pengalaman di Banjarbaru membuktikan bahwa curah hujan yang tinggi selama lima jam membuat vegetasi penutup yang ada tidak lagi mampu mengendalikan aliran air permukaan, apalagi kalau vegetasi sangat jarang. Kondisi ini didukung oleh karakteristik DAS di Sungai Besar hingga Sungai Kemuning dan beberapa anak sungai yang cukup terjal di daerah hulu dan tiba-tiba menjadi datar di daerah hilir padahal DAS ini menjadi sangat responsive dalam mengalirkan aliran air permukaan. Hal ini yang seharusnya menjadi perhatian Pemerintah Kota Banjarbaru dan semua elemen masyarakat yang terkait bahwa penataan sistem pengelolaan DAS segera diprioritaskan sehingga dapat diciptakan kontrol sosial tentang perencanaan dan implementasi yang berkaitan dengan pengelolaan DAS yang meliputi pembangunan perumahan, pertokoan, perkantoran secara baik dan ramah lingkungan.
Saatnya untuk menjauhi sikap NATO (No Action Talk Only) dalam menyikapi masalah banjir di ibukota Banjarbaru - tapi bersama menggalang kekuatan untuk memberdayakan semua potensi membangun kembali citra kota bebas banjir!
picbybanjarbarudalam lensa
picbyberitabanjar
.
Sumber : http://feedproxy.google.com/~r/handilbakti/~3/cowTuI9JZSM/duka-banjir-di-ibukota-banjarbaru.html
Demikianlah informasi yang dapat Kami sampaikan. Semoga bermanfaat dan Beguna Hendaknya Buat anda semua pengunjung Blog Ini. dan Terima kasih kepada Sobat Semua yang telah membaca artikel DUKA BANJIR di Ibukota Banjarbaru