iTerbaru.Biz

Dari ungkapan hati ketika wawancara dengan Najwa dapat direnungkan sebuah pemikiran dan tindakan bahwa Risma begitu panggilan akrab dari Ibu Tri Rismaharini yang memimpin Kota Surabaya sejak Oktober 2010 adalah seorang tokoh yang sangat religius. ”Nanti kalau saya dipanggil dan ditanya Tuhan dan saya tidak bisa menjawab, saya tidak akan masuk surga. Saya tidak mau tidak masuk surga!” Alangkah religiusnya, walaupun tidak sepotong ayat pun keluar dari bibirnya. Malah, Ibu Risma sang  pemimpin lebih banyak mengucapkan sebutan Tuhan daripada Allah. Terbersit sebuah tanggungjawab kepemimpinan kepada Tuhan Semesta sebagai langkah kerja yang diembannya baik untuk diri sendiri maupun jabatan Walikota. Save to Risma, begitulah respon masyarakat pendukungnya ketika sang pemimpin ingin mundur jika visi kepemimpinan yang dijalankan tidak lagi amanah.

Coba kita tengok nilai-nilai kepemimpinan religiusitas dari Walikota Bengkulu, Bapak Helmi Harun yang menjanjikan hadiah umrah dan haji gratis serta bonus mobil Innova bagi masyarakat yang paling rajin salat subuh berjamaah di masjid. Begitu mendengar janji dan hadiah ini secara spontan esok harinya masjid dan mushala dipenuhi oleh pemimpi berhadiah umrah dan haji - bukankah ini sebuah gerak pemimpin yang bermimpi agar setiap orang mendukung kepemimpinan secara terpaksa - malah melalui pengawasan yang sangat absurd terhadap nilai-nilai religiusitas karena setiap pegawai diwajibkan datang serta dicatat kehadirannya dan kena sanksi kalau tidak hadir dalam perebutan hadiah gelar lomba shalat berjamaah tersebut.

Adakah pemimpin atau pemimpi di Banjarmasin?