AMANAH SULTAN HAJI KHAIRUL SALEH AL MU’TASHIM BILLAH PADA MILAD 509 KESULTANAN BANJAR TAHUN 2013

AMANAH SULTAN HAJI KHAIRUL SALEH AL MU’TASHIM BILLAH PADA MILAD 509 KESULTANAN BANJAR TAHUN 2013

ASSALAMUALAIKUM WR.WB

Sirih dilipat sirihlah pinang
Sirih matan martapura
Pemanis kata selamat datang
Awal bismilah pembuka bicara

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Adalah momen yang sangat mulia bagi ulun dapat berdiri di sini, dihadapan pian-pian yang terhormat, untuk kembali menyampaikan satu pesan penting bahwa kebudayaan tak akan lekang oleh waktu, karena kebudayaan adalah bagian dari waktu itu sendiri.

Tiga tahun lalu saya berdiri di sini, di bumi Martapura, bumi di mana Kesultanan Banjar dibangkitkan. Dibangkitkan setelah kurang lebih 150 tahun seolah ditenggelamkan dalam arus modernisasi dan globalisasi.

Tekad seluruh zuriat Kesultanan Banjar melalui Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB), adalah sedaya upaya mengangkat batang tarandam kebudayaan kepermukaan. Membersihkan dan menegakkannya untuk menjadi tonggak yang abadi dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Kami yakin ini bukanlah kerja yang ringan, melainkan amanah yang luar biasa berat. Namun, bukan berarti kerja yang mustahil. Hari ini, jejak sejarah membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil, selama seluruh zuriat dan masyarakat Banjar istiqomah dan berkomitmen kuat. Maka lestarinya kearifan lokal dalam kebudayaan, adat dan tradisi Kesultanan Banjar akan terwujud nyata.

Tahun 1435 H adalah titik penting ketiga setelah kebangkitan Kesultanan Banjar diproklamirkan pada tanggal l6 Muharram 1432 Hijriah tahun lalu. Di mana pada saat itu Almarhum Yang Mulia Mufti Besar Kesultanan Banjar, Tuan Guru Haji Anang Djazouli Seman, memberikan doa dan dukungan penuh penobatan ulun sebagai Raja Muda.

Kini tepat 509 tahun sejak Kerajaan Banjar diproklamirkan pertama kali, oleh Yang Mulia Sultan Suriansyah dalam menegakkan Dienul Islam, kemudian dibangkitkan yang Kedua oleh Yang Mulia Panembahan Pangeran Antasari dimasa-masa perang dengan Belanda, kini kita kembali bangkit di abad milineum ini memperingati Milad 509 Kesultanan Banjar dalam rangka menjawab zamannya sendiri.

Add caption
Hadirin sekalian yang dimuliakan Allah SWT,
Milad 509 kali ini mengangkat tema: Mengagungkan adat, menyatukan hajat sebagai pemaknaan bahwa nilai-nilai luhur adat tradisi yang Islami yang sejak zaman dulu sebagai pegangan bangsa Banjar haruslah kembali ditegakkan diantara banyaknya tawaran-dan godaan perilaku yang menjauhkan dari nilai-nilai agama dan tantangan global yang dihadapi generasi sekarang. Pengagungan adat ini semacam ikrar yang ingin kita kumandangkan dan meresap disetiap relung hati bangsa Banjar.

Sultan-sultan terdahulu telah berkomitmen menjadikan setiap gerak dan napas kehidupan bangsa Banjar bersendikan agama Islam. Agama akan menggenapi adat, budaya dan tradisi dengan keluhuran dan keberkahan. Untuk itu adat, budaya dan tradisi Kesultanan Banjar luruh dan takzim kepada ajaran agama Islam, maka tatanan nilai-nilai adat tradisi Banjar haruslah berpegang pada agama. Ini untuk menegaskan bahwa adat tradisi dan kearifan budaya bangsa Banjar tidak ada pemisahan dengan nilai-nilai keluhuran agama terlebih kita di zaman sekarang dalam menjawab zamannya sendiri.

Hanya dengan ikrar yang terpatri dalam setiap hati bangsa Banjar, adat dapat diletakkan pada tempat yang sepantasnya, agung dan tak terganti dalam keluhuran nilai-nilai kemanusiaan, kesantunan dan budaya. Mengagungkan adat harus dalam kerangka menyatukan hajat bersama dalam menggapai cita-cita luhur, sejahtera lahir dan batin. Mengagungkan adat menyatukan hajat bukan tentang menegakkan kekuasaan melainkan tentang upaya menegakkan kejayaan manusia di atas kendaraan jaman.

Menyatukan hajat dalam kerangka bahwa menegakkan kebudayaan adat dan tradisi haruslah memiliki nilai rahmatan lil alamin, di mana adat yang ditegakkan, adat yang diagungkan membawa kebaikan dan kemuliaan bagi setiap anak bangsa yang tinggal di tanah Banjar atau di luar tanah Banjar. Hal ini untuk menegaskan adat dijunjung, kebersamaan dibangun, dan harmoni sesama anak bangsa disanjung.

Hal ini sesuai dengan perintah agama, sebagaimana dalam Al Quran, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat' 49:13)
Sultan Suriansyah, sultan pertama pernah bermaklumat berkaitan dengan menciptakan kedamaian dan harmoni pada semua anak bangsa yang mendiami negeri ini bahwa; “wahai sekalian anak bangsa yang biajokah, balandiankah, dusunkah, jawakah, dan yang di sungai atawa di gunungkah…. kalian semua adalah banjaranku (rakyatku)….hendaklah hidup damai di negeri dan dalam perlindunganku”.

Inilah esensi menyatukan hajat yang dibalut dengan mengagungkan adat dan tradisi. Sebab harus kita sadari semua kehidupan bangsa Banjar sejak dulu hingga hari ini berinteraksi dengan berbagai suku dan anak bangsa yang lain dan saling menggenapi serta melengkapi keluhuran budaya dan tradisinya, terlebih semuanya memegang prinsip di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Harmonisasi kehidupan berbangsa dalam diplomasi budaya yang baik akan semakin mengukuhkan kejayaan kita dalam ke-Bhinneka Tunggal Ika-an. Penguatan nilai-nilai adat dan tradisi oleh Kesultanan Banjar adalah bagian menegakkan juga prinsip motto bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika di tanah Banjar. Untuk itu, mari kita jaga kebersamaan dan harmonisasi sesama anak bangsa dan menjadikan nilai-nilai adat dan tradisi sebagai perekat kehidupan berbangsa di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hadirin sekalian yang dirahmati Allah SWT,
Kedudukan Sultan atau Raja dalam konteks kekinian sama sekali jauh dari kekuasaan. Sultan adalah pemimpin yang tidak berjarak dengan rakyat. Sultan hanya berada satu langkah di depan dan satu ranting di atas rakyat. Sehingga kesultanan atau kerajaan hanyalah pengemban amanah untuk memimpin dan mengayomi rakyat menuju kesejahteraan yang dicita-citakan bersama.
Peran keraton dan kesultanan sebagai katalisator dan wadah reproduksi budaya dalam rangka membangun karakter bangsa tidak perlu dipertanyakan lagi. Keraton adalah pusat pengembangan sekaligus benteng kebudayaan lokal dalam menghadapi serbuan nilai-nilai asing melalui globalisasi dan instrument yang kokoh dalam mendiplomasikan kebudayaan bangsa.

Pada Milad 509 ini, perlu ulun sampaikan bahwa kami sangat berbangga bisa melaksanakan Musyawarah Agung Kerapatan Raja Sultan Se-Borneo/Kalimantan. Tujuan utama Musyawarah Agung Kerapatan Raja Sultan Se-Borneo/Kalimantan ini adalah dalam rangka menyatukan hajat dan harapan dalam turut serta membangun karakter bangsa, menjadikan spirit dalam mengembangkan kebudayaan dan menegaskan peran dan fungsi Kesultanan dan Kerajaan se-Kalimantan diabad milineum ini agar memberikan manfaat dan kebaikan bagi anak bangsa. Ulun sebagai Sultan Banjar dan seluruh bangsa Banjar menyampaikan terima kasih atas kepercayaan YM Raja Sultan melaksanakan Musyawarah Agung I Kerapatan Raja-Sultan se-Borneo ini di Tanah Baiman Bauntung Batuah. Tentu masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita lakukan bersama demi kemaslahatan bangsa kita, baik peran sosial budaya, sosial kemasyarakatan maupun sosial ekonomi.

Hadirin sekalian yang dirahmati Allah SWT,

Dalam menegaskan peran dan fungsi Kesultanan kepada masyarakat, Kesultanan Banjar mengembangkan nilai-nilai luhur yang berlandaskan nilai-nilai Islam, salah satunya pelaksanaan Milad ini dipermanenkan tepat pada bulan Muharram, penanda Tahun Baru Islam. Di samping itu melakukan pengkajian-pengkajian terhadap sejarah dan budaya Banjar, termasuk merestorasi dan mengkonservasi kembali adat tradisi masa lalu untuk menyesuaikan dengan zamannya tanpa menghilangkan nilai-nilai hakikinya.

Ulun ingin menegaskan bahwa memahami kebudayaan dan hadirnya kesultanan-kerajaan bukan sekadar pandangan tentang adat tradisi dan hanya pada soal nostalgia termasuk sekadar pagelaran seni-tradisi saja, tetapi justru bagaimana melakukan ijtihad-ijtihad kebudayaan dalam rangka menjawab zamannya, dengan menegakkan marwah dan darjah bangsa Banjar diabad sekarang. Kita ingin membangun bangsa Banjar yang memiliki semangat juang Waja sampai Kaputing dengan tujuan mulia menjadi bangsa yang Baiman, Bauntung dan Batuah. Tentu ini menjadi tanggung jawab ulun sebagai Sultan Banjar, Kerabat Kesultanan Banjar dan diikuti seluruh bangsa Banjar di manapun berada.

Sebelum mengakhiri pidato ini tak lupa Ulun sebagai Sultan Kesultanan Banjar mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang mendukung kerja kesultanaan dan pelaksanaan Milad ini, termasuk kepada para Raja-Sultan se-Borneo dan undangan sekalian. Tentu TIDAK dapat kami sebutkan satu persatu, namun tidak ada yang dapat kami berikan kecuali doa agar semua yang kita kerjakan kemarin, kini dan yang akan datang selalu mendapat rahmat dan ridho Allah SWT. Aamiin yarabbal alamin.

Ayam hutan terbang ke hutan
Tali tasangkut pagar berduri
Semoga hajat kita diberkahi tuhan
Menjaga adat tradisi banjar yang Islami

WA'ALAIKUM SALAM WR.WB.

picandtextbymariaroeslie

Sumber : http://feedproxy.google.com/~r/handilbakti/~3/1bs-VLy5w3I/amanah-sultan-haji-khairul-saleh-al.html

Demikianlah informasi yang dapat Kami sampaikan. Semoga bermanfaat dan Beguna Hendaknya Buat anda semua pengunjung Blog Ini. dan Terima kasih kepada Sobat Semua yang telah membaca artikel AMANAH SULTAN HAJI KHAIRUL SALEH AL MU’TASHIM BILLAH PADA MILAD 509 KESULTANAN BANJAR TAHUN 2013